Sunday, March 23, 2014

Cerita Inspiratif dari buku "Sang Waktu"

Sewaktu duduk di kampus pagi hari pukul 10.00 a.m, aku membawa buku-buku bacaan untuk mengisi kekosongan waktu sambil menunggu ketemuan janji dengan teman. Aku bacalah buku "Sang Waktu" karya Happy S Tjandra, terbitan  Gradien Mediautama tahun 2011. Naaaah di dalamnya aku temukan cerita singkat tapi sungguh inspiratif dan membuat bulu kudukku berdiri sambil terharu. Naaah inilah ceritanya.




Sejak  semula, keluarga si cantik tidak menyetujui hubungannya dengan sang pemuda. Mereka mengajukan alasan mengenai latar belakang keluarga si pemuda, bahwa jika si cantik memaksa terus bersama sang pemuda, dia akan menderita seumur hidupnya, penderitaan yang mungkin tak dapat ia tanggung.
Karena tekanan dari keluarganya, si cantik jadi sering bertengkar dengan pacarnys. Si cantik benar-benar mencintainya, dan dia terus-menerus bertanya, “Seberapa besar kamu mencintaiku?”
Sang pemuda tidak begitu pandai berbicara, dia selalu membuat si cantik marah. Dan komentar-komentar dari orangtuanya membuatnya bertambah kesal. Sang pemuda selalu menjadi sasaran pelampiasan kemarahannya. Dan sang pemuda selalu membiarkannya melampiaskan kemarahannya kepadanya. . . .
Setelah beberapa saat, sang pemuda lulus dari perguruan tinggi. Ia bermaksud meneruskan kuliahnya ke luar negeri. Tapi sebelum dia pergi, dia melamar si cantik. “Saya tidak tahu bagaimana mengucapkan kata-kata manis, tapi saya tahu bahwa saya mencintaimu. Jika kamu setuju, saya ingin menjagamu seumur hidupmu. Mengenai keluargamu, saya akan berusaha keras untuk meyakinkan mereka agar menyetujui hubungan kita. Maukah kamu menikah denganku?”
Si cantik setuju, dan keluarganya setelah melihat usaha dari sang pemuda, akhirnya merestui hubungan mereka. Sebelum pemuda itu berangkat, mereka bertunangan terlebih dahulu. Si cantik tetap tinggal di kampung halamannya dan bekerja, sementara sang pemuda meneruskan kuliahnya di luar negeri.
Mereka melanjutkan hubungan melalui surat dan telepon. Kadang-kadang timbul kesulitan, tapi mereka tidak menyerah terhadap keadaan.
Suatu hari, dalam perjalanan ke tempat perhentian bis sepulang kerja, si cantik tertabrak mobil hingga tak sadarkan diri. Ketika siuman, dia melihat kedua orangtuanya dan menyadari betapa beruntungnya dia dapat selamat. Melihat air mata orangtuanya, dia berusaha untuk menghibur mereka. Tetapi dia menemukan…. Bahwa dia tidak dapat berbicara sama sekali. Dia bisu. Menurut dokter, kecelakaan tersebut telah mencederai otaknya, dan itu menyebabkan bisu seumur hidupnya. Mendengar orangtuanya membujuknya, tapi tidak dapat menjawab sepatah kata pun, si cantik jatuh pingsan. Sepanjang harinya hanya dapat menangis dan membisu.
Ketika akhirnya dia boleh pulang dari RS, dia mendapati rumahnya masih seperti sedia kala. Hanya jika telepon bordering, dia menjadi pilu. Dering telepon telah menjadi mimpi terburuknya. Dia tidak dapat memberitakan kabar buruk tersebut kepada pacarnya dan menjadi bebannya. Dia menulis sepucuk surat untuknya, memberitahukan bahwa dia tidak mau lagi menunggunya. Hubungan di antara mereka sudah putus, bahkan dia mengembalikan cincin pertunangan mereka.
Mendapat surat dan telepon dari si pemuda, dia hanya bisa menitikkan air mata….
Ayahnya tidak tahan melihat penderitaannya, dan memutuskan untuk pindah. Berharap bahwa dia dapat melupakan segalanya dan menjadi lebih bahagia.
Pindah ke tempat baru, si cantik mulai belajar bahasa isyarat. Dia berusaha melupakan sang pemuda. Suatu hari sahabatnya memberitahukan bahwa pemuda itu telah kembali dan mencarinya ke mana-mana. Dia meminta sahabatnya untuk tidak memberitahukan di mana dia berada dan menyuruh pemuda itu untuk melupakannya.
Lebih dari setahun, tidak terdengar lagi kabar pemuda itu sampai akhirnya sahabat si cantik menyampaikan bahwa sang pemuda akan menikah dan menyerahkan surat undangan. Dia membuka surat undangan itu dengan hati pedih, dan menemukan namanya tercantum dalam undangan. Sebelum dia sempat bertanya kepada sahabatnya, tiba-tiba sang pemuda muncul di hadapannya. Dengan bahasa isyarat yang kaku, ia menyampaikan bahwa, “Aku telah menghabiskan waktu lebih dari setahun untuk mempelajar bahasa isyarat, agar dapat memberitahukan kepadamu bahwa aku belum melupakan janji kita. Berikan aku kesempatan, biarkan aku menjadi suaramu.
I  L O V E  Y O U
Melihat bahasa isyarat tersebut, dan cincin pertunangannya, si cantik akhirnya tersenyum.



Begitulah cerita yang singkat dan mengharukan, aku terinspirasi membagikan cerita ini ketika aku melihat temanku sempat berkaca-kaca ketika aku menyuruhnya memnaca cerita ini. Selain itu cerita ini gak bisa ketebak ceritanya (Menurut saya siiih). Selain itu untuk mengisi kepasifan saya dalam dunia bloggers... Salam blogger... :D