Oleh fadhil ismi
Jika kita
ditanyai orang, mau sukses atau gagal? Pasti se-antero umat menjawab mau
sukses. Ya pastinya begitu, siapa sih yang mau gagal? Penulis pun berfikir
demikian maunya pasti sukses. Tapi terkadang untuk mendapatkan kesuksesan itu
tak semudah menjawab pertanyaan di atas. Banyak orang yang ingin sukses, tapi tak
sedikit juga orang menghindari kegagalan yang bisa membawa kepada kesuksesan
yang diprediksi bisa terjadi. Misalnya, menolak untuk ikut berbagai perlombaan
karena takut kalah, tidak mau belajar lebih giat lagi sebelum ujian akhir
karena berfikir hasilnya akan sama saja (bagi yang nilainya sering kurang baik
dalam ujian), takut mencoba hal baru karena berfikir terlalu banyak resiko kegagalannya
dan masih banyak contoh lainnya.
Penulis
ingin berbagi cerita sedikit tentang cerita nikmatnya kegagalan dalam hidup
yang dijadikan pembelajaran. Dimulai dari cerita dalam dunia kepenulisan, mulai
iseng-iseng ikut lomba nulis itu sekitar kelas 2 SMA karena awalnya suka ikut
lomba nulis, jujur sih melihat nominal hadiah yang ditawarkan. Waw! Juara satu
dapat 2 juta rupiah bagi tingkat pelajar. Tanpa berfikir panjang langsung
kucatat temanya dan kucari bahan di perpustakaan. Seminggu membuat tulisan
dengan perjuangan mencari bahan ke pustaka di sekolah, puswil, konsultasi
menulis sama senior dan guru. Akhirnya siap! Kukirimkan tulisanku itu ke
panitia. Alhasil aku tidak menang.
Alhamdulillah waktu itu dapat 20 besar se-sumatera dan aceh. Dan
kusadari sekarang aku pantas untuk kalah, karena EYD yang seperti cakar ayam di
dalamnya. Kisah ini menjadi moodbooster bagiku untuk terus mencoba, dengan
memikirkan hall of fame yang bakal kudapatkan hahahhah.
Terus
mencoba dan mencoba, tertampar dihantam dengan berbagai macam kekalahan yang
kuterima. Terhitung sudah belasan kali aku mengikuti lomba dari lomba cerpen,
artikel, essay, opini dan pada akhirnya kudapatilah kemenangan itu. Aku ingat
sekali pada waktu itu lomba karya ilmiah tentang kepemudaan yang
diselenggarakan KNPI Aceh, Alhamdulillah
aku dapat juara harapan II. Ini menjadi momentum sangat berharga dalam
hidupku, karena “man jadda wa jadda” barangsiapa yang bersungguh-sungguh pasti akan
mendapatkannya. Janji Allah itu memang pasti, jadi jangan pernah menyerah terus
mencoba dan mencoba. Alhamdulillah saat ini aku sudah pernah menjuarai beberapa
kali dalam lomba kepenulisan, dan puluhan kali kalah dalam perlombaan. Kalau
dihitung-hitung ada sekitar 30-an kali ikutan lomba, Alhamdulillah menangnya ada beberapa kali dan akan terus mencoba untuk kompetisi berikutnya. Positifnya lagi,
tulisan yang kalah dijadikan sebagai karya pribadi dan jadi bahan untuk di
blogspot.com. Di dalam kekalahanku itu aku belajar, bahwa menulis buka lagi melihat dari nominal kemenangan ataupun selembar sertifikat penghargaan, tapi wawasan yang makin bertambah sehingga bisa berbagi pengetahuan ke orang lain nantinya di saat-saat yang dibutuhkan. Selain wawasan kita juga belajar banyak hal, dari tema yang diajukan dalam lomba kepenulisan.
Isyaratnya begini :
“ Bagai
melempar bola basket ke keranjangnya. Nah bola basket yang kita lempar berkali
– kali itu bagaikan