oleh
Fadhil Ismi
Globalisasi
merupakan hal yang tak bisa dihindari oleh seluruh kalangan masyarakat. Dimulai
dari anak-anak, remaja, dewasa hingga pada orang tua. Menurut W.J.S
Poerwadarminta dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), globalisasi adalah
proses masuknya ke ruang lingkup dunia. Sedangkan
menurut Malcom Waters menyebutkan bahwa “Globalisasi adalah sebuah proses
sosial yang berakibat bahwa pembatasan geografis pada keadaan sosial budaya
menjadi kurang penting, yang terjelma di dalam kesadaran seseorang”. Akibat
dari globalisasi ini, banyak dampak positif maupun negatif bagi seluruh
masyarakat dunia, khususnya bagi remaja sebagai agent of change untuk masa depan. Globalisasi akan menjadi pengaruh
yang baik karena akan menghasilkan masyarakat yang toleran serta lebih maju
dalam kehidupan teknologi. Sedangkan pengaruh buruknya, budaya serta
nilai-nilai luhur yang ada di beberapa negara bisa terkikis perlahan akibat
dari budaya barat yang masuk dan menjadi acuan gaya hidup suatu bangsa.
Saat ini, bergantung bagaimana
cara kita menjalankan hidup di era globalisasi dengan baik dan tetap menjaga
nilai luhur budaya. Nilai luhur adalah nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh
masyarakat sebagai cara berkehidupan suatu bangsa dengan cara yang
sebenar-benarnya dan sebaik-baiknya. Tentu pengertian ini harus diemban oleh
seluruh kalangan, khususnya remaja. Mengapa remaja? Karena remaja merupakan
seorang individu yang sudah mulai mencari jati dirinya, ingin lebih banyak
tahu, masih labil, dan cenderung masih mengutamakan ego. Menurut UNICEF (United Nation Children’s Fund), seorang
remaja adalah yang berusia dari 15-24 tahun adalah remaja pada masa yang sangat
kritis sebab pada masa ini masalah akan selalu dihadapi, baik dari masalah
sosial, keluarga, dan lainnya. Selama periode ini, remaja membentuk maturitas
seksual dan menegakkan identitas sebagai individu yang terpisah dari keluarga.
Pada masa remaja, seseorang
sangat mudah dipengaruhi oleh lingkungannya karena mulai mencari jati dirinya
sebagai seorang remaja yang akan sukses di masa depan. Pengaruh dapat datang dari
keluarga, teman, guru, serta orang-orang yang diidolakannya. Remaja saat ini
sering berpenampilan ekstrim hanya untuk meniru gaya sang idola. Mereka mengumpulkan
uang hingga jutaan rupiah hanya untuk menonton konser sang idola. Hal yang
dilakukan tidaklah salah, tetapi alangkah baiknya tidak terlalu berlebihan
mengidolakan seseorang sampai menguras jutaan rupiah.
Dampak
Globalisasi di Indonesia ditandai dengan adanya hilangnya nilai luhur untuk
percaya kepada tuhan, budaya, serta moral bangsa. Hal ini ditandai dengan gaya
hidup remaja di abad modern ini yang lebih leluasa dalam bertindak. Gaya remaja
saat ini dikarenakan kurangnya itikat hati ingin menjadi lebih baik dan
kurangnya perhatian orang-orang terdekatnya.
Hilangnya nilai luhur kepada
Tuhan Yang Maha Esa, ditandai dengan perilaku masyarakat saat ini baik remaja
maupun dewasa. Misalnya, melanggar peraturan lalu lintas di jalan raya.
Sebagian dari mereka hanya mematuhi peratutran lalu lintas saat ada
polisi. Jika tak ada polisi, mereka
sering melakukan pelanggaran. Hal tersebut bisa menyebabkan kecelakaan. Contoh
lainnya yang kerap terjadi penyalahgunaan media internet, seperti menonton film porno yang mudah diakses
akibat dari kemajuan teknologi. Menonton film porno merupakan hal yang biasa
dilakukan sebagian remaja saat ini, bahkan menjadi kebutuhan dalam kehidupan.
Padahal dahulu film porno merupakan hal yang tabu bagi orang dewasa apalagi
remaja, tetapi saat ini remaja sudah menyalahgunakan kemajuan teknologi seperti
internet. Mereka dengan mudah mengakses film porno dengan alat canggih ini.
Bahkan, film yang beradegan dewasa ini sudah diputar melalui televisi swasta
Nasional pada jam malam hari, misalnya pukul 20.00 WIB. Jika anak di bawah umur
menonton hal tersebut tanpa sengaja dan tanpa pengawasan orang tua maka akan
timbul rasa penasaran. Anak tersebut
akan terus mencari tahu tentang hal tersebut.
Contoh yang disajikan merupakan sebagian kecil dari fakta yang ada.
Alangkah baiknya jika
internet digunakan secara sehat. Menggunakannya sebagai peningkatan kemampuan
seperti photosop, Microsoft dll. Mengulas bahan pelajaran di sekolah dan
mencari bahan melalui internet. Serta menonton animasi-animasi edukasi yang
mudah dicari melalui google hanya dengan member kata kunci.
Remaja-remaja yang
mengabaikan nilai luhur kepada Tuhan adalah calon koruptor ataupun penghancur
bangsa di masa yang akan datang. Mengapa? karena mereka tak mematuhi
peraturan-peraturan yang berlaku, rasa takut kepada Tuhan tak menurani lagi.
Mereka lebih takut kepada polisi. Begitu juga, hilangnya nilai kebudayaan
bangsa karena globalisasi. Globalisasi telah merubah etika berbudaya dalam
negeri kita tercinta. Para remaja wanita mulai mengenakan pakaian serba
terbuka, ketat, dan tipis mengadopsi budaya barat. Para lelaki mengenakan
pakaian berlapis-lapis dan ditutupi dengan jas. Bukankah hal ini sudah terbalik?
sebaiknya Negara Indonesia tercatat pada
tahun 2010 menurut Wikipedia berpenduduk kira-kira 85,1% dari 240.271.522
penduduk Indonesia adalah pemeluk Islam, bisa menjaga penampilan dalam berpakaian.
Budaya lain seperti silaturahmi
pun akan terkikis perlahan-lahan akibat kemajuan teknologi yang terlalu
canggih. Orang-orang sudah sibuk dengan handphone, game di laptop, menonton tv
sehingga tidak terjadi interaksi dengan orang lain, baik keluarga maupun
masyarakat. Mengingat ke belakang, zaman dahulu ketika kanak-kanak, Saya
bermain bersama teman-teman seperti patuk
lele, sembunyi-sembunyian, serta permainan daerah lainnya. Kini anak-anak, remaja,
sudah meninggalkan warisan permainan ini. Mereka lebih memilih permainan online yang ada di warung internet (warnet).
Bahkan dari mereka sampai kecanduan bermain game online dan nekat mencuri uang orang tua, menjual kendaraan dan
barang berharga lain di rumahnya hanya untuk bermain game di warnet. Seperti apa
jadinya Indonesia? kalau agent of change
Indonesia seperti ini.
Selanjutnya, budaya mufakat
(Musyawarah) dalam masyarakat pun sudah mulai hilang. Setiap ada permasalahan
semuanya diselesaikan di pengadilan dan menyewa pengacara sebagai pembela.
Masyarakat rela menghabiskan uang hingga sampai menggadaikan kendaraan agar
menang di pengadilan. Padahal ini semua bisa diselesaikan dengan cara
musyawarah bersama orang-orang tua di kampong. penyelesaian masalah seperti ini
selain gratis juga dapat mempersatukan kembali pihak yang bermasalah.
Globalisasi juga merusak
moral bangsa. Hal ini ditandai dengan terjadi perpecahan antara pemuda
banyaknya kaum-kaum muda yang bentrok dimana-mana. Perbedaan kesepahaman
sehingga menimbulkan rasa iri dan benci. Kesatuan negeri ini sudah mulai rapuh
dimana nilai-nilai kehidupan sudah terlupakan akibat lalai di dunia global.
Nilai-nilai pancasila, semboyan negara sudah jarang terlihat di daerah
perkotaan di Indonesia. Ada saja kejadian-kejadian di Indonesia yang
memperlihatkan perpecahan bangsa.
Semboyan negara kita adalah Bhinneka Tunggal Ika merupakan
pernyataan jiwa dan semangat bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi kesatuan,
meskipun negara dan bangsa Indonesia terdiri dari berbagai unsur dan suku yang
beraneka ragam. Semboyan itu merumuskan dengan tegas adanya harmoni antara hal
satu dan hal lain, kesatuan, dan kemajemukan. Keanekaragaman di dalam segala
aspek kehidupannya, tidak dilihat sebagai ancaman bagi kesatuan bangsa
Indonesia, tetapi justru diharapkan mampu berperan sebagai sumber kekayaan bagi
bangsa Indonesia sepanjang sejarahnya (Hardono Hadi, 1993:61).
Nilai luhur suatu bangsa
ini, bisa dinilai dari cara kehidupan masyarakatnya sehari-hari. Bisa dilihat
dari berbagai macam aspek misalnya di jalan raya. Jalan raya menggambarkan
secara jelas bagaimana karakterisitik budaya negara tersebut. Misalnya, tingginya
kecelakaan di Indonesia itu semua diawali oleh tingginya pelanggaran yang
dibuat oleh si pengendara kendaraan. Di tahun 2010 Indonesia menduduki peringkat
pertama di ASEAN sebagai negara yang memiliki kasus kecelakaan tertinggi.
kecelakaan disebabkan oleh empat faktor yaitu faktor kendaraan sebanyak 2.803
kali kecelakaan, faktor jalan 1.842 kali, faktor lingkungan 577 kali, faktor
manusia 35.557 kali, dan faktor lain 1.266 kali. Sangat disayangkan sekali,
peringkat ini diborong oleh Negara kita, Indonesia. Tingginya salah satu pelanggaran
yang dibuat menunjukkan tingginya pelanggaran-pelanggaran lainnya yang ada di
Indonesia.
Indonesia adalah Negara yang
kaya. Kaya akan minyak bumi, gas alam, besi, timah serta bahan tambang lainnya,
flora dan fauna terjaga kelestariannya, suku
dan budaya yang beragam. Prestasi Indonesia pun baru-baru ini gemilang
sekali seperti juara pada lomba-lomba Internasional baik tingkat SD, SMP, SMA
sampai Perguruan Tinggi. Indonesia memang hebat! Tapi apa yang patut
dibanggakan atas semua prestasi itu, jika
generasi-generasinya kurang peduli terhadap sesama, tidak adanya nilai-nilai
luhur dalam jati diri anak bangsa. Indonesia tidak membutuhkan semua prestasi
itu jika hanya membuat Indonesia terkenal di mata dunia. Indonesia saat ini
hanya membutuhkan orang “baik” untuk masa depannya. Indonesia kekurangan orang
“baik” oleh karena itu untuk menjadi remaja yang baik sangat butuh peran dari
orang tua. Orang tua harus mengawasi dan harus lebih pintar dari anak-anaknya.
Karena jika kita kalah pintar dari anak, kita yang akan dibodohi oleh
anak. Bimbingan, perhatian, serta
penghargaan kepada anak merupakan hal wajib bagi orang tua agar kita semua
dapat menyelamatkan Indonesia.
Orang-orang yang duduk di
kursi pejabat dulunya pasti bukan orang-orang yang bodoh sehingga nekat
melakukan korupsi besar-besaran. Mereka semuanya adalah orang-orang super
pintar yang telah menyelesaikan pendidikan hingga S2, S3, bahkan professor. Sebelum
menduduki kursi kekuasaan, mereka semua diseleksi ketat. Setelah terpilih
mereka disumpah untuk menjaga amanat sebagai pejabat negara untuk memberikan
pelayanan terbaik untuk masyarakat. Tetapi apa yang terjadi? Sumpah sudah
menjadi sampah karena hilangnya nilai luhur kepada tuhan.
“Baik” disini memiliki arti
luas. Seperti menjunjung tinggi nilai-nilai luhur Indonesia seperti yang
terdapat pada UUD 1945, pancasila dan Bhinneka
Tunggal Ika. Remaja yang baik juga mampu menyesuaikan dirinya kepada
globalisasi dan menanggapinya untuk hal-hal positif. Hal-hal positif yang dapat
dilakukan sederhana saja belajar melalui internet karena pengetahuan di
internet sangat luas dan melalui internet juga kita berkenalan dengan
orang-orang dari luar daerah maupun yang ada di luar negeri. Melalui media
facebok memungkinkan seluruh penjuru dunia untuk berkenalan satu dan lainnya.
Melalui facebook pun kita dapat mempersatukan rasa nasionalisme kepada bangsa
kita. Contohnya, saat ini banyak grup yang dibuat melalui facebook untuk
menyampaikan gagasan serta opini kita terhadap bangsa kita dan mejadi lebih
terbukan untuk member kritik yang membangun kepada negeri ini.
Remaja yang baik dapat
menjadi pahlawan bagi bangsa ini, berbeda arti pahlawan dahulu dan sekarang.
kalau dulu pahlawan diartikan sebagai seorang pejuang yang rela menumpahkan
darah dalam peperangan demi sebuah harapan masa depan. Tetapi sekarang untuk
menjadi pahlawan bangsa cukup untuk menjadi generasi yang “baik” saja. Walaupun
definisi pahlawan sekarang berbeda dari dulu. Kita sebagai makhluk tuhan
hendaknya menjadi remaja yang baik yang menjunjung tinggi nilai-nilai martabat
bangsa. Remaja yang baik akan menjadi generasi yang baik dan akan memimpin
Indonesia serta pemimpin dunia untuk kehidupan yang lebih baik di masa yang
akan datang.
Daftar Pustaka
i-lib.ugm.ac.id/jurnal/download.php?dataId=6556
http://id.wikipedia.org/wiki/Agama_di_Indonesia
No comments:
Post a Comment