Sunday, November 6, 2011

Kematian Seorang Anak, Penderitaan Sebuah Bangsa, dan Kebudayaan Sebuah Partai


Ditulis oleh Heng He

alt
Seorang pria berjalan di sekitar Yue Yue, beberapa detik setelah ia ditabrak sebuah mini-van. (Screenshot NTDTV)

Wang Yue kecil meninggal pada 21 Oktober 2011 lalu, namun isu yang terangkat oleh kehidupannya yang singkat itu tidak akan berlalu begitu saja.
Pada 13 Oktober 2011, Wang Yue, yang dipanggil Yue Yue oleh orangtuanya, pertama-tama ditabrak oleh sebuah minivandan kemudian sebuah trukpickup. Video dari kamera pengintai menunjukkan ia terbaring di atas darahnya sendiri selama tujuh menit sementara 18 orang melewatinya dengan berpura-pura tidak melihatnya.

Video ini, mewabah di kalangan Internet China, telah menyebabkan diskusi terbesar yang pernah ada di kalangan netizen dan juga di media pemerintah, tentang bagaimana merosotnya moralitas di China. Bahwa para netizen dan media pemerintah memiliki pandangan yang sama adalah sesuatu yang tidak biasa.

Tetapi diskusi tentang kemerosotan moral yang sederhana itu terlewatkan kecuali mereka mempertimbangkan pertanyaan, mengapa? Mengapa kemerosotan moralitas di China sangatlah sedikit dibahas?

Kisah Seorang Pemulung Sampah
Orang ke-19 yang mendatangi Yue Yue di gang itu adalah seorang wanita setengah baya bernama Chen Xianmei, yang sedang membawa sebuah karung goni yang ia gunakan untuk mengais sampah yang mungkin masih bisa didaur ulang. Chen menarik Yue Yue keluar dari jalan dan berteriak minta tolong sampai ibu Yue Yue, Chen berlarian datang.

Seseorang yang diidentifikasi sebagai Lin, yang dikatakan seorang profesor sejarah di Universias Normal Harbin, membuat komentar tentang Chen yang telah diteruskan berkali-kali di Weibo, microblog China.

"Mengapa Chen Xianmei membantu Yue Yue? Itu sama sekali bukan sebuah kecelakaan,” mengutip perkataan Lin. “Itu adalah benar-benar karena dia kurang pendidikan. Dia tidak membaca banyak buku teks, tidak memiliki waktu untuk membaca koran, tidak belajar teori [di China, “belajar teori” berarti mempelajari teori komunis], belum secara rela menerima propaganda, belum dirubah pandangannya terhadap dunia. Hasilnya adalah ia telah menyimpan hati nuraninya."

Tidak peduli siapa penulis komentar itu sebenarnya – seseorang bernama Lin atau orang lain – tapi ia menunjuk ke permasalahan paling mendasar: Alasan sebenarnya dibalik ketidakpedulian terhadap Yue Yue adalah budaya komunis. Itu adalah dipengaruhi oleh budaya Partai Komunis China (PKC), standar moral satu-satunya yang dapat dimiliki seseorang telah hilang.

Karena ia membantu Yue Yue, kehidupan Chen telah menjadi sulit.

Pertama adalah datang perhatian dari kantor PKC lokal. Kantor Peradaban dari Distrik Nanhai dan Kotamadya Dali, masing-masing memberinya 10.000 yuan (1.564 dolar AS). Dia menolak menerima uang itu, dan mengatakan bahwa ia hanya melakukan apa yang harus ia lakukan. Tapi para pejabat bersikeras dan hampir memaksanya untuk mengambil uang itu.

Lalu datanglah media. Foshan Daily, surat kabar resmi PKC Komite Foshan, menerbitkan sebuah artikel dengan judul, “Momen itu, Dia Membuat Foshan Bangga.” Setelah itu, seseorang di Internet dan tetangganya mulai menudingnya, mengatakan bahwa dia hanya membantu Yue Yue karena menginginkan ketenaran dan uang.

Lelah dengan kunjungan terus menerus dari Partai dan pejabat negara, perhatian dari media, yang kebanyakan merupakan corong partai, dan tudingan tetangga, Chen memutuskan untuk meninggalkan kota dan kembali ke kota kelahirannya, berharap untuk mendapatkan privasi dan istirahat dengan tenang.

Chen tidak sendirian dalam pengalaman ini. Di China sekarang, siapa pun yang melakukan sesuatu yang baik akan segera menjadi magnet bagi penghargaan, forum, wawancara media, dan inklusi pada daftar model moral.
Kata-katanya akan dikutip bahkan mungkin dia tidak pernah memikirkan bahwa kata-kata itu akan dikaitkan dengan dirinya. Partai akan sangat bersemangat untuk mengklaim kredit, mengatakan bahwa perbuatan baik itu adalah hasil dari “peradaban spiritual sosialis.”

Orang tersebut akan diberi label sebagai peran model standar moral sosialis. Dia akan banyak mengatakan kata-kata yang ia tidak ingin katakan dan muncul di banyak tempat yang tidak ia inginkan. Dia bukan milik dirinya sendiri lagi. Dia menjadi milik Partai dan menjadi bagian dari mesin propaganda.

Penghargaan uang adalah mutlak diperlukan, melalui ini, Partai mengambil kredit. Selain itu bagi para pejabat Partai, yang mengklaim diri sebagai materialis, uang mungkin satu-satunya yang terpikirkan sebagai hadiah untuk sebuah perbuatan baik.

Seseorang tidak mempunyai kuasa untuk menolak uang itu, seperti halnya Chen Xianmei. Ini menjelaskan salah satu alasan mengapa tidak ada seorang pun yang ingin menjadi pahlawan di China. Siapa yang ingin menjadi alat Partai?

Penyebab Ketidakpedulian
Partai tidak ingin melihat diskusi mendalam tentang penyebab kurangnya standar-standar moral. Jelas, diskusi seperti itu tidak hanya akan menghilangkan kredit Partai atas perbuatan-perbuatan baik dari orang-orang biasa, tapi juga akan mengungkapkan alasan sebenarnya dari kurangnya standar moral.

Komentar Profesor Lin menunjuk ke pendidikan, propaganda, teori dan pandangan Partai akan dunia  tapi tidak menjelaskan secara rinci bagaimana ini bisa menyebabkan moralitas China merosot.

Dari reaksi netizen atas kasus Yue Yue, orang dapat melihat bahwa kebanyakan orang tahu apa yang baik dan buruk. Orang-orang masih memiliki penilaian moral yang tepat. Jika tidak ada bahaya untuk melakukan apa yang benar, orang akan melakukan hal-hal yang benar.

Masalahnya adalah bahwa PKC telah membuatnya menjadi sulit bagi kebanyakan orang untuk melakukan perbuatan baik. Ini telah dilakukan hingga pada tiga tingkatan.
Pertama, ada konsekuensi hukum pada tingkat individu. Kasus yang paling terkenal adalah Peng Yu di Kota Nanjing. Suatu hari pada 2006, seorang pemuda turun dari bus dan melihat seorang wanita tua jatuh di depannya. Ia membantu wanita tua itu, tapi sebaliknya ia menuduhnya sebagai orang yang membuatnya jatuh.

Hakim memutuskan Peng Yu bertanggung jawab atas 40 persen biaya pengobatan wanita tua itu. Keputusannya didasarkan pada sebuah asumsi konyol: “Jika kamu tidak mendorongnya, lalu kenapa kamu membantunya berdiri kembali?”

Berdasarkan standar apa pun, asumsi bersalah itu tidak dapat diterima. Setelah Peng Yu, ada lagi beberapa kasus serupa. Banyak orang menyatakan bahwa tanpa adanya contoh kasus Peng Yu, mereka akan membantu orang lain tanpa ragu-ragu, tapi setelah kasus tersebut, mereka akan berpikir dua kali sebelum mengulurkan tangan.

Kebanyakan orang Barat mungkin akan berpikir ini adalah kasus terisolasi. Tapi di China, sistem hukum tidak pernah independen. Pendapat hakim benar-benar mencerminkan nilai-nilai dan niat nyata Partai. Selain itu, pengadilan banding tidak pernah mengabulkan pengadilan yang salah.

Kedua, mereka yang berbuat baik bagi masyarakat dihukum oleh para pejabat – dilecehkan, dianiaya, atau bahkan dibunuh. Di sini saya hanya perlu beberapa contoh nama orang yang membela yang lain.

Pengacara Gao Zhisheng, yang membantu begitu banyak orang, dari petani sampai aktivis hak asasi, dijatuhi hukuman tiga tahun penjara dengan lima tahun masa percobaan. Dia menulis tiga surat kepada pemimpin tertinggi rezim komunis China, meminta mereka untuk memperlakukan praktisi Falun Gong sesuai dengan hukum China. Dia kemudian “menghilang” sementara di bawah tahanan polisi pada bulan April 2010 dan sampai sekarang masih belum tahu keberadaannya dimana.

Pada mulanya Hu Jia adalah seorang peduli lingkungan, kemudian menjadi aktivis hak-hak pasien AIDS, dan kemudian aktivis hak asasi manusia. Dia baru saja dibebaskan setelah menjalani tiga setengah tahun penjara.

Qian Yunhui mencoba untuk membantu sesama warga desanya untuk mendapatkan kompensasi bagi tanah mereka, tempat di mana pembangkit listrik sedang dibangun. Dia diduga tewas ketika empat pria berseragam mendorongnya jatuh, dan sebuah truk bermuatan batu melindasnya.

Chen Guangcheng, seorang pengacara otodidak tuna netra, membantu korban-korban kebijakan ‘satu anak,’ menarik perhatian akan aborsi paksa di Provinsi Shandong. Sejak dibebaskan dari penjara, ia telah dibawah tahanan rumah, dan siapapun yang mencoba untuk mengunjunginya akan dipukuli.

Mencoba untuk mengunjungi Chen Guangcheng telah menjadi simbol penyortiran. Kalimat ini sangat populer di China: “Jika kamu belum pernah ke Linyi [di mana Chen dikenakan tahanan rumah], kamu belum berada di China.”

Kasus-kasus ini mengirim pesan yang jelas: Di China, melakukan perbuatan baik bagi masyarakat adalah sangat dilarang.

Ketiga, propaganda Partai menodai keyakinan agama. Dalam masyarakat normal, jika membantu orang tidak harus mengeluarkan biaya, sebagian besar orang akan melakukannya sesuai dengan hati nurani, bahkan jika tidak ada hadiah. Tapi di bawah ancaman diadili pengadilan, denda besar, hukuman penjara, atau bahkan kematian, kebanyakan orang akan ragu-ragu untuk membantu orang lain.

Hanya mereka yang belas kasihnya terhadap orang lain berasal dari keyakinan agama dapat menyangkal ancaman-ancaman pihak berwenang. Menganiaya orang-orang yang berkeyakinan pada kepercayaan mereka, seperti para pengikut Falun Gong, tidak akan dapat menghentikan mereka untuk mencoba menjadi orang baik.

Di situlah propaganda memainkan peran. Ketika propaganda menjelek-jelekkan prinsip-prinsip Sejati, Baik, Sabar Falun Gong, misalnya, ia mengajarkan orang-orang bahwa “menjadi orang baik dan berusaha untuk melakukan perbuatan baik di China adalah kejahatan yang akan dihukum.” Dalam hal ini, para korban sebenarnya dari propaganda itu bukanlah para praktisi Falun Gong tapi mereka yang mendengarkan Partai dan menyerah untuk mencoba menjadi orang baik.

Beberapa orang telah menyarankan bahwa negara China harus lulus Hukum Orang Baik Samaria untuk melindungi mereka yang secara salah dituduh karena membantu orang lain. Namun, Hukum Orang Baik Samaria tidak menyentuh masalah yang sebenarnya, yang bahkan bukan masalah hukum.

Orang tua Wang Yue ditinggalkan dalam duka, sementara Chen Xianmei telah melarikan diri dari konsekuensi atas tindakan kebaikan spontannya. Penderitaan mereka tercatat hanya karena diketahui oleh dunia. Rasa sakit yang disebabkan oleh merosotnya moral orang-orang China adalah tak terhitung banyaknya dan hanya akan lebih mendalam. Selama parta komunis masih ada, tidak akan ada solusi bagi masalah moral ini. (EpochTimes/khl)


No comments:

Post a Comment