Wednesday, January 26, 2011

Cintai Identitas Kita


oleh Fadhil Ismi
            Aceh merupakan sebuah provinsi yang terletak di ujung Barat Indonesia yang terkenal dengan  budaya islaminya. Semua tata cara kehidupan masyarakat diatur berdasarkan syariat Islam dan hukum-hukum positif yang berlaku di Indonesia. Penerapan syariat Islam diterapkan hampir di seluruh aspek kehidupan. Hal ini diwujudkan dalam berbagai kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat Aceh yang mengacu pada ajaran-ajaran Islam. Dengan budaya yang demikian, Aceh disebut juga sebagai Serambi Mekkah. Dikatakan Serambi Mekkah karena Aceh memilki dinamika Islam yang sangat kuat hingga ke pelosok-pelosoknya.
Di antara sekian banyak budaya Islam yang diterapkan oleh masyarakat di Provinsi Aceh, yang paling menjadi perhatian adalah cara berpakaian, khususnya bagi kaum wanita. Masalah pakaian menjadi hal yang sangat sensitif. Pakaian yang harus dikenakan kaum perempuan Aceh adalah pakaian yang menutup aurat, yaitu pakaian yang dianjurkan dalam syariat Islam, seperti kerudung, baju lengan panjang, serta tidak  memakai bawahan yang ketat. Begitu juga dengan kaum lelaki Aceh yang dikenal  sebagai sosok yang memiliki kemampuan lebih dalam bidang agama seperti berceramah, azan dan lain-lain. Begitulah  Provinsi Aceh dalam kacamata Indonesia maupun dunia. Dalam tulisan ini, saya akan membahas bagaimanakah sosok pemuda dan
pemudi Aceh agar tetap menjaga dan melestarikan budaya Aceh di abad 21 sekarang ini.
Mengenai proses kebudayaan dan strategi atau pola yang digunakan untuk melestarikan budaya, perlu kita merujuk pada pengertian kebudayaan yang diajukan oleh Prof. Dr. C. A. Van Peursen (1988:233) mengemukakan, “Kebudayaan sebetulnya bukan suatu kata benda, melainkan suatu kata kerja atau dengan lain perkataan, kebudayaan adalah karya kita sendiri, tanggung jawab kita sendiri. Demikian kebudayaan dilukiskan secara fungsionil, yaitu sebagai suatu relasi terhadap rencana hidup kita sendiri. Kebudayaan lalu nampak sebagai suatu proses belajar raksasa yang sedang dijalankan oleh umat manusia”.
C.A. Van Peurseun memandang kebudayaan tidak terlaksana di luar kita sendiri, maka kita (manusia) sendirilah yang harus menemukan suatu strategi kebudayaan, termasuk dalam proses melestarikan kebudayaan. Proses melestarikan kebudayaan itu pada hakikatnya akan mengarah kepada perilaku kebudayaan dengan sendirinya, jika dilakukan secara terus menerus dan dalam kurun waktu tertentu.
Aceh di Mata Dunia
Aceh merupakan suatu daerah yang terkenal kaya akan kebudayaan. Tari Saman merupakan salah satu tari kebudayaan Aceh. Tari Saman adalah salah satu tarian daerah Aceh yang paling terkenal saat ini. Tarian ini berasal dari Dataran Tinggi Gayo. Pada masa lalu, tari Saman biasanya ditampilkan untuk merayakan peristiwa–peristiwa penting dalam adat masyarakat Aceh. Selain itu, biasanya tarian ini juga ditampilkan untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad saw. dan pada kenyataannya nama “Saman” diperoleh dari salah satu ulama besar Aceh, yaitu Syech Saman.
Tari Saman biasanya ditampilkan menggunakan iringan alat musik, berupa gendang dan menggunakan suara dari para penari dan tepuk tangan mereka yang biasanya dikombinasikan dengan memukul dada dan pangkal paha mereka sebagai sinkronisasi dan menghempaskan badan ke berbagai arah. Tarian ini dipandu oleh seorang pemimpin yang lazimnya disebut Syech. Karena keseragaman formasi dan ketepatan waktu adalah suatu keharusan dalam menampilkan tarian ini, maka para penari dituntut untuk memiliki konsentrasi yang tinggi dan latihan yang serius agar dapat tampil dengan sempurna.
Tarian Saman ini dilakukan secara berkelompok, dilakukan sambil bernyanyi dengan posisi duduk berlutut dan berbanjar/bersaf tanpa menggunakan alat musik pengiring. Karena kedinamisan geraknya, tarian ini banyak dilakukan atau ditarikan oleh kaum pria. Seiring dengan perkembangan zaman, tarian ini sudah banyak ditarikan oleh penari wanita maupun campuran antara penari pria dan penari wanita. Tarian ini ditarikan kurang lebih 10 orang, dengan rincian 8 penari dan 2 orang sebagai pemberi aba-aba sambil bernyanyi. Dengan tarian yang gerakannya serentak dan memiliki semangat yang sangat kuat dari para penari membuat tarian ini lebih spektakuler.
Tari saman sudah banyak ditampilkan di luar negeri dan menjadi ciri khas Negara Indonesia, khususnya Provinsi Aceh. Tari ini sudah terkenal di Cina, India, Kanada, Perancis dan negara-negara lainnya. Oleh karena itu, sebagai generasi Aceh kita patut berbangga karena budaya kita dikenal sampai ke kancah dunia.
Tanamkan Cinta Budaya Sejak Dini
            Mencintai dan melestarikan budaya merupakan hal yang harus kita emban. Karena hal tersebut merupakan identitas atau tanda pengenal untuk suatu daerah. Mengapa harus diajarkan mengenal budaya sejak dini? Karena agar si anak mulai mengenal sedikit demi sedikit akan budayanya. Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah menyelenggarakan suatu acara untuk anak-anak balita sampai dengan anak Sekolah Dasar. Adapun lomba yang diadakan yaitu lomba fashion show dan lomba tari dengan Tema ”Love Culture from Child”. Saya rasa hal ini sangat bermanfaat untuk menunjang kebudayaan. Biasanya dalam lomba seperti ini, pasti ada pemenang dan penghargaan kepada peserta. Ketika beranjak ke masa remaja, mereka bisa melihat piagam penghargaan ”Love Culture from Child” sebagai bukti kebanggaan mereka terhadap daerah Aceh. Tentunya mereka akan memutar kembali memori ketika masa kecil, mengenal pakaian busana Aceh dengan lucunya. Saya yakin mereka bisa menambah kemampuan serta pengetahuan mereka tentang budaya Aceh. Ketika mereka menambah dan menyelami budaya Aceh bisa jadi mereka menjadi sang duta wisata ke depannya.
Hal–hal yang patut diacungi jempol adalah dilaksanakannya PKA (Pekan Kebudayaan Aceh), di mana seluruh masyarakat Aceh tanpa terkecuali dari Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi mengikuti pawai bersama dan mengenakan pakaian-pakaian adat Aceh dan pakaian suku-suku yang berdiam di Aceh. Ada juga diadakan pameran-pameran tentang kebudayaan yang diadakan di seluruh Aceh, acara ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan masyarakat tentang kebudayaan. Maka, generasi muda yang kurang peduli terhadap Aceh menjadi teringat kembali pentingnya budaya dan generasi muda tersebut akan tergerak hatinya untuk berpastisipasi dalam acara tersebut dan menjadi perwakilan dari sekolahnya. Menanamkan cinta budaya semenjak dini dapat memberi manfaat besar pada negeri ini ke depannya. Seperti tidak akan pernah mencuri budaya bangsa lain dan terus mengembangkan budaya sendiri dan meyesuaikannya dengan perkembangan zaman.
Remaja Aceh Saat Ini
            Berdasarkan pengamatan saya terhadap remaja  di Banda Aceh selama ini, mayoritas dari mereka membuat budaya sendiri yaitu budaya menyontek. Hal ini sudah membudidaya di dalam kehidupan remaja Banda Aceh, karena hal ini saya rasakan dan terjadi di lingkungan saya sendiri. Misalnya, ketika ujian mereka saling berbagi jawaban untuk mendapatkan nilai terbaik untuk hasil ujian. Hal ini sering terjadi pada kalangan pelajar. Saya ingin menegaskan di sini bahwa budaya seperti ini janganlah ditiru. Jika hal yang merugikan ini dilakukan, bagaimana nasib generasi muda yang nantinya akan memimpin Provinsi Aceh maupun negeri ini? Apakah kita nantinya hanya jadi penyontek budaya negara lain? Seperti yang dilakukan oleh negara di luar yang menyontek budaya kita. Misalnya seperti baju batik khas negara Indonesia yang diklaim oleh Malaysia.
            Menyontek dapat dinilai sebagai sesuatu yang positif apabila dilakukan dengan bijak dan baik. Dengan metode ATM (Amati Tiru dan Modifikasi). Contoh yang dapat diambil dari metode ATM adalah pembuatan telepon genggam atau yang lebih dikenal dengan orang banyak yaitu HandPhone (HP). Pertama kita ”Amati” bagaimana bentuk HP tersebut, bagaimana berbunyi, bagaimana cara mengisi lagunya, membuat tempat SIM card-nya, kamera, membuat tombolnya serta fitur-fitur lain yang dimiliki sebuah hanpdhone. Kemudian “Tiru” buatlah HP yang anda amati tadi semirip mungkin seperti HP yang diamati tadi. Lalu yang ke tiga “Modifikasi” buat kembali HP yang anda gunakan tadi lalu modifikasilah sesuka hati anda missal dengan mengisi lagu dangdut di dalamnya, mengisi fitur download game gratis dan sebagainya. Denganmelakukan metode ATM tadi anda bisa dikenal sebagai pencipta HP desain terbaru ataupun pencipta barang baru pada benda-benda lain yang anda amati.



Pendapat Aktivis Muda Kota Banda Aceh
Ketika saya menemui mereka dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan masalah yang saya kupas ini. Pertama, saya bertanya tentang hubungan antara kebudayaan dengan para pelajar? Pertanyaan ini dijawab oleh Nazran Nailufar. Nazran Nailufar merupakan Duta Wisata Banda  Aceh 2010, Duta Wisata Provinsi Aceh 2010, serta sekaligus Duta Wisata Perdamaian Indonesia 2010. Dia mengatakan bahwa ”Kebudayan merupakan identitas bangsa secara umum maupun daerah secara lokal, sedangkan pelajar merupakan peserta didik yang merupakan penerus bangsa, tentunya kedua hal ini sangat berkaitan , jika sang penerus bangsa tidak mengenal budayanya apa jadinya bangsa ini ke depan”. Dia juga menyatakan tentang pencurian budaya yang dilakukan oleh Malaysia. ”Seharusnya kita bercermin bukan menyenter dari peristiwa pencurian budaya yang dilakukan Malaysia. Hal itu merupakan peringatan agar generasi muda mau mengenal budaya dan mencintai Indonesia, sebelum semua hanya tinggal sejarah”. Dia berpesan kepada generasi muda agar menjaga budayanya sendiri agar tak jatuh ke tangan negara lain dan memberikan motivasi ”Ayo Kenali dan Cintai Budaya Bangsa”.
Kedua, saya juga meminta M.Fadhil Achyari mengutarakan pendapatnya tentang alasan pelajar mempelajari budaya dan fakta tentang perkembangan antara budaya dan pelajar sekarang. M.Fadhil Achyari merupakan Duta Wisata Kota Banda Aceh 2010. Dia mengatakan ”alasan utama sesuatu hal untuk dipelajari adalah agar tahu tentang hal yang akan dipelajari tersebut, bukan hanya saja tentang budaya tapi berlaku untuk seluruh hal. Pelestarian budaya saya rasa adalah sesuatu yang memang harus diemban oleh setiap pribadi demi lestarinya hal yang telah diwariskan oleh leluhur. Dengan adanya perkembangan zaman yang sudah bercampur beberapa budaya lain, mungkin dapat menghilangkan budaya asli dari suatu daerah. Begitu pula dengan para pelajar, banyak sebenarnya budaya positif yang mungkin bisa dipetik dari hal yang sering dilakukan pelajar seperti halnya browsing di website. Mereka bisa memperoleh informasi yang mungkin tidak bisa diperoleh di tempat lainnya, tentunya ini berdampak positif untuk menambah pengetahuannya. Tetapi budaya yang mungkin tidak dapat dikatakan sebagai sesuatu yang positif, di mana banyak media mempermudah melakukan sesuatu, malah sebagian pelajar menyalahgunakannya”.

Mulailah dari sekarang
Sebagai generasi penerus bangsa yang mulai sadar akan pentingnya mencintai kebudayaan bangsa serta melestarikannya. Mari kita mulai bergerak jangan sampai budaya kita yang kaya akan kekhasannya direnggut bangsa lain. Akan tetapi perlu kita ketahui, ini bukan hanya tugas pemerintah semata. Walaupun kita hanya pelajar biasa, kita bisa juga melakukan pencerahan agar budaya kita tetap terjaga kelestariannya. Hal ini bisa kita mulai dari hal yang terkecil, seperti masuk ke sanggar-sanggar tari, mengikuti acara-acara yang berbau budaya. Kita harus peduli bukan? Jika itu memang benar adanya, kita sebagai generasi muda harus bangkit dari kekalahan dan mau melakukan apa saja untuk  tetap melestarikan budaya kita. Serta modifokasi sesuai dengan perkembangan zaman.



DAFTAR PUSTAKA

Peursen, C.A. Van. 1988. Stategi Kebudayaan. Yogyakarta : Kanisius.



 Alhamdulillah tulisan saya kali ini menang sebagai Essay Terbaik II pada acara SSG (Saman Saweu Gampong)Ui dan Piala diserahkan pada tanggal 23 januari 2011.


1 comment:

  1. selamat atas essay nya yang terpilih menjadi essay terbaik di SSG 2011 essay competition. terus berkarya dan terus telurkan ide-idenya lewat tulisan!

    ReplyDelete